PERBEDAAN MANEJEMEN BARAT DAN MANEJEMEN ISLAM DALAM KONTEKS MANUSIA
- ..
”Allah adalah pemilik sesuatu yang ada di timur dan di barat…….” (Al-Baqarah :142)
Manusia adalah makhluk Allah yang apilng sempurna diantara makhluk allah yang lain. Dimana mereka dilengkapi dengan akal dan nafsu. Manusia akan selamat jika dia dapat mengendaliakn hawa nafsunya. Begitu pula sebaliknya, dia akan binasa jika terap menuruti hawa nafsunya yang selalu membawa pada jalan kesesatan.
oleh karena itu, dibutuhkan sesuatu manejemen agar manusia dapat mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. Secara ada 2 macam manejemen barat dan timur( islam). Dalam konteks ini, manejemen barat maupun islam sama-sama membutuhkan kebutuhan fisiologis baik yang berupa uang maupun yang lainnya. Lalu dimanakah letak perbedaannya dalam melihat manusia?
Manejemen Barat
Dalam proses manejemennya, barat menganggap manusia adalah makhluk fisiologis, yaitu manusia hanya bisa diukur dengan uang sebagai ujung tombak dari segalanya. Misalnya, seorang direktur menganggap seorang karyawan akan bekerja lebih baik, semangat dan tepat waktu jika diberi upah yang tinggi. Sehingga, mereka berlomba-lomba mendapatkan uang yang sebanyak-banyaknya.
Dalam teori barat menyatakan bahwa tidak ada campur tangan agama dalam menjalankan kegiatan yang ada, misalnya perusahaan. Sehingga, mereka berusaha keras membangun perusahaam maupun pabrik dengan meminimalisasi modal dan mendapatkan laba-laba yang sebesar-besarnya. Maka dari itu, banyak nama orang yang masuk dalam daftar borjuis dengan asset hingga milyaran atau bahkan triliunan dolar diantaranya presiden , Roman Abramovic, Bill Gates, dll. Manusia adalah makhluk fisiologis. Sehingga, kebutuhan manusia itu tidak terbatas sedangkan kebutuhan sumber daya alamnya terbatas. Manusia terus menggali sumber daya alamnya ada secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhannya atanpa memperdulikan apakah SDA itu masih ada atau tidak, tujuan mereka adalah agar semua manusia sejahtera dan segala kebutuhannya dapat terpenuhi secara maksimal.
Selain itu, seorang atasan berkuasa penuh terhadap bawahannya. Apapun yang diperintahkan harus dilakukan meskipun di luar tugas sebuah instansi. Seorang atasan memandang bawahannya sebagai budak yang siap disuruh-suruh. Atasan hanya membutuhkan skill yang bagus meski tanpa nilai-nilai spiritual demi mencapai keinginan yang diinginkan. Semakin bagus yang dimiliki dalam mengolah perusahaan maka semakin tinggi pula gaji yang diterima.
Jadi barat memberi statement bahwa manusia membutuhkan uang sebagai ujung tombak dari segalanya. Artinya, manusia hanya membutuhan kebutuhan fisiologis saja. Padahal, Abraham Maslow dengan teori Maslownya menyatakan kalau kebutuhan manusia bukan hanya kebutuhan fisiologis melainkan masih membutuhkan kebutuhan yang lain. Diantaranya, keamanan, aktualisasi diri.
Manejemen Islam
Islam memandang manusia secara keseluruhan bukan sebagai makhluk fisiologis yang hanya membutuhkan materi tetapi memandang secara keseluruhan[1]. Teori Abraham Maslow diatas menunjukkan bahwa manusia membutuhkan kebutuhan lain selain kebutuhan fisiologis. Dalam islaam, teori ini masih mempunyai kekurangan yaitu tidak berdasarkan wahyu Allah, seperti keikhlasan.
Maka, tidak ada dikotomi antara seluruh kegiatan manusia dan agama karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan pada nilai-nilai spiritual maka akan menuai kegagalan. Buktinya, presiden hyunda yang mempunyai aset perusahaan mobil yang sangat besar. Bisa kita bayangkan. Berapa laba yang diterima setiap bulannya? Selain itu juag mempunyai rumah, mobil hingga uang triliunan dolar. Tentu, hidupnya akan tentram, sejahtera, dan segala yang dibutuhkan terpenuhi. Namun kenyataannya, presiden hyunda malah bunuh diri dengan meloncat dari sebuah apartemen bertingkat tinggi. Kejadian itu menggambarkan bahwa segala kehidupan manusia tidak akan pernah terleaps dari nilai-nilai spiritual.
Suatu perusahaan dituntut agar berdasarkan pada al-Qur’an dan sunnah. Hubungan antara atasan dan bawahan harus teru terjalin dengan baik. Aatsan tidak boleh memandang bawahannya sebagai budak melainkan sebagai kader perusahaan di masa depan. Sehingga, dalam hati seorang karyawan akan terasa lain antara disuruh layaknya budak dengan kader perusahaan in future.
Selain itu, seorang atasan dituntut untuk dapat membentuk moralitas karyawannyas sebagai kader yang berilmutinggi dan berahlaq mulia sesuai syariat islam. Begitu pula, atasan harus dapat mengalihkan pikiran karyawannya dari matrialisme kepada sesuatu yang tidak harus bertumpu pada uang. Sehingga, ketika konsep ini diterapkan maka perusahaaan akan maju pesat dan mendapatkan perlindungan dan keridha’an Allah sebagai pencipta.
Islam memandang kebutuhan manusia itu terbatas sedangkan sumber daya alamnya tidak terbatas. Sepatutnya, kebutuhan manusia memang harus dikendalikan agar sumber daya alam yang ada[2]. Logikanya, ketika kehutuhan manusia tidak terkendali/terbatas maka sumber daya alamnya akan habis. Konsep islam diatas justru lebih membaat kehidupan manusia lebih baik, sejahtera dan aman daripada konsep barat. Jadi, konsep islam lebih menguntungkan karena berdasarkan pada wahyu Allah yang berupa ajaran-ajaran yang ada dalam al-Qur’an dan sunnah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sinn, Ahmad Ibrahim Abu . 2006. Manejemen syari’ah. Jakarta: rajagrafindo persada
2. Sudarsono,Heri . 2003. Konsep ekonomi islam. Yogyakarta: ekoneisa.
[1] Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn. 2006. Manejemen syari’ah. Jakarta: rajagrafindo persada. Cetakan I. Halaman 1
[2] Heri Sudarsono. 2003. Konsep ekonomi islam. Yogyakarta: ekoneisa. Cetakan kedua halaman 11
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer