PONDOK MODERN GONTOR TIDAK LAYAK BERKANCAH di TINGKAT NASIONAL



Di negeri indonesia banyak didirikan berbagai pondok pesantren maupun pondok modern dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Diantaranya adalah pondok modern gontor yang merupakan pondok besar di negeri ini. Pondok ini mempunyai cara tersendiri dalam membangun bangsa, terutama dalam hal pendidikan. Mengapa hal itu bisa terjadi?, padahal kita tahu gontor banyak dikenal oleh orang di seluruh pelosok negeri. Bahkan dunia sekalipun.
Kita tahu, dalam hal pendidikan, pemerintah melaksanakan program pendidikan yang disebut dengan ujian nasional (Unas) kepada seluruh lembaga/sekolah di seluruh pelosok negeri ini. Namun, lembaga formal ayng ada di pondok ini tidak melaksanakan ujian itu. Sekolah di pondok ini melaksanakan ujian tersendiri dengan menggunakan bahasa arab, inggris dan bahasa indonesia sesuai dengan mata pelajaran yang diujikan. Bahkan, ijasahnya pun dikeluarkan oleh pondok ini sendiri.
Selain itu, pondok modern gontor juga mempunyai cara tersendiri dalam mengembangkan ataupun menerapkan kurikulum kepada santrinya. Kurikulum itu disebut dengan kurikulum gontor. Padahal, pemerintah sudah menetapkan kepada seluruh sekolah/lembaga formal yang ada di Indonesia untuk menerapkan kurikulum yang telah dibuat pemerintah. Seperti kurikulum 1994 kemudian KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan kemudian berganti KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum ini telah diterapkan oleh seluruh lembaga formal yang ada di Indonesia kecuali pondok gontor.
Dari keterangan di atas, terlihat kalau gontor tidak sejalan dengan program pemerintah. Dengan kata lain, pondok modern gontor tidak layak untuk berkancah di tingkat nasional dalam lembaga pendidikan.
Gontor memang memiliki cara tersendiri dalam hal pendidikan. Namun, mari kita melihat para lulusannya. Para alumni pondok ini terbukti dapat menguncangkan dunia. Para santri pun dibekali 2 bahasa dunia yaitu bahasa inggris dan bahasa arab. Dimana dengan dua bahasa itu seseorang dapat go internasional.
Bukti yang lain adalah para santri/siswa keluaran pondok itu lebih banyak diterima oleh sekolah-sekolah di luar negeri baik negara timur tengah maupun daratan eropa daripada sekolah formal di negeri ini. Apalagi universitas terkenal di Indonesia, peluang untuk diterima sangat besar.
Selain itu, pondok ini juga banyak melahirkan orang-orang besar yang dapat mengguncangkan dunia internasional, seperti mantan menteri agama, mantan ketua MPR, pimpinan Muhammadiyah, pimpinan NU, serta banyak lagi ayng tersebar di luar negeri seperti kedubes syiria, kedubes Libanon, dll.
Dari sederetan keterangan di atas, pondok modern gontor memang tidak mengikuti program pemerintah tetapi para alumninya dapat mewarnai bahkan mengguncangkan negeri dan dunia internasional. Jadi gontor memang lebih pantas go internasional.
Oleh karena itu, pondok modern gontor dengan segala kebesarannya dapat mencetak generasi epnerus bangsa ayng berakhlak, berbudi pekerti dan berpikiran luas sesuai syari’at islam. Sehingga, alumninya dapat terseebar keseluruh dunia. Maka dari itu, teruslah berjuang para santri untuk terus mengeluarkan kemampuan terbaikmu untuk lebih mengguncangkan dunia dan memperbaiki akhlak sesuia dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah nabi. 

Manusia Dalam Pandangan ekonomi Islam



PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara makhluk yang lainnya. Dalam kehidupannya di bumi ini mereka membutuhkan berbagai macam kebutuhan. Sehingga, dibutuhan ilmu ekonomi untuk merealisasikan secara islami. Dalam hal ini, kepuasan manusia tidak hanya diukur dari materi saja tetapi ada berbagai hal yang mereka butuhkan dalam mealngsungkan kehidupannya.
Bahkan dalam perusahaan pun dibutuhkan adanya ekonomi islam. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan seorang direktur dalam menggerakkan para karyawannya agar bekerja secara ikhlas, tulus dan tidak menggantungkan kepada gaji bulanan. Adapun berbagai masalah itu akan di bahas dalam pemaparan di bawah ini.
PEMBAHASAN
A.    Manusia Bukan Makhluk Fisiologis
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia harus berusaha diantaranya dengan bekerja. Banyak orang berpandangan bahwa seseorang akan semangat bekerja apabila dia di beri gaji yang tinggi. Artinya, semakin besar gaji yang diberikan maka semakin giat dalam bekerja. Pandangan inilah yang disebut makhluk fisiologis. Padahal, islam memamdang manusia secara keseluruhan/utuh bukan hanya sekedar fisiknya saja.
 sebagaimana dijelaskan oleh Abraham Maslow yang terkenal dengan teori kebutuhan maslow yaitu:
1.      Aktualisasi
2.      Harga diri
3.      Social
4.      Keamanan
5.      Kebutuhan fisiologis
Dalam teori ini kebutuhan fisiologis menempati posisi terbawah, sedangkan masih banyak lagi kebutuhan yang dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidup, sebagaimana terlihat dalam teori kebutuhan di atas.
Dalam islam, teori kebutuhan ini memiliki kekurangan yaitu menghilangkan konsep wahyu dalam kehidupan manusia. Padahal, tanpa adanya wahyu sebagai ujung tombak maka kehidupannya akan sering dirundung masalah, bahkan ketika usaha yang dibangun mengalami kemunduran maka yang terjadi adalah stress. Jadi, semua itu harus didasarkan kepada keikhlasan yang kuat. Dengan ikhlas inilah maka manusia akan mencapai tingkat ihsan. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-Qur;an :
“sesungguhnya Aku menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Ku”.
Maka dari itu, hal yang perlu dilakukan adalah mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Dengan cara, memberikan training minimal seminggu sekali. Tujuannya, memotivasi mereka untuk mengeluarkan potensi puncak yang tersimpan dalam dirinya. Sebaiknya memilih presentator yang islami dan mahir dalam memotivasi seseorang. Sehingga, ketika mempresentasikan/memotivasi itu bisa dimasukkan nilai-nilai keislaman dalam bekerja.
B.     Cara Pandang Atasan Kepada Bawahan
Sekarang ini banyak direktur yang memandang karyawannya sebagai budak/pembantu, menyuruh karyawan dengan sekehendaknya sendiri. Bahkan hingga tindakan yang di luar pekerjaan. Akibatnya, penghasialn yang diperoleh kurang maksimal baik secara fisik amupun non fisik. Serta akan banyak timbul kegunjingan diantara karyawan yang lain. Bahkan reputasinya akan semakin menurun di mata karyawan-karyawannya.
Dalam islam, antara atasan dan bawahan statusnya, sama hanya saja atasan sebagai motivator kepada bawahan. Sedangkan bawahan sebagai candidat yang akan menggantikannya jabatannya. Sehingga, perlu adanya training kepada bawahannya untuk meningkatka kinerjanya. Seharusnya, seorang direktur/atasan memandang bawahannya sebagai calon penerus perusahaan yang harus dimotivasi untuk menjadi kader Islamic leader di masa yang akan datang.
Cara pandang pemimpin kepada bawahan sebagai pembantu dengan memandang sebagai caoln penerus perusahaan sangat beda. Jika seorang pemimpin memandang bawahan sebagai pembantu maka feeling yang diterima oleh bawahan seolah-olah memberatkan dalam hatinya dan menimbulkan suatu keterpaksaan jika tanpa gaji yang sesuai. Sedangkan pimpinan yang memandang bawahannya sebagai kader perusahaan maka akan timbul rasa keikhlasan dalam bekerja diantara keduanya.
 Maka dari itu seorang atasan bisa disebut dengan the great leader jika dia memberikan motivasi dan sentuhan nilai-nilai keislaman kepada karyawannya. Dalam artian akan timbul keikhlasan dalam bekerja dan tidak bergantung kepada jumlah uang/gaji yang diterima setiap bulannya.


PERBEDAAN MANEJEMEN BARAT DAN MANEJEMEN ISLAM DALAM KONTEKS MANUSIA



”Allah adalah pemilik sesuatu yang ada di timur dan di barat…….” (Al-Baqarah :142)
Manusia adalah makhluk Allah yang apilng sempurna diantara makhluk allah yang lain. Dimana mereka dilengkapi dengan akal dan nafsu. Manusia akan selamat jika dia dapat mengendaliakn hawa nafsunya. Begitu pula sebaliknya, dia akan binasa jika terap menuruti hawa nafsunya yang selalu membawa pada jalan kesesatan.
oleh karena itu, dibutuhkan sesuatu manejemen agar manusia dapat mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. Secara ada 2 macam manejemen barat dan timur( islam). Dalam konteks ini, manejemen barat maupun islam sama-sama membutuhkan kebutuhan fisiologis baik yang berupa uang maupun yang lainnya. Lalu dimanakah letak perbedaannya dalam melihat manusia?
Manejemen Barat
Dalam proses manejemennya, barat menganggap manusia adalah makhluk fisiologis, yaitu manusia hanya bisa diukur dengan uang sebagai ujung tombak dari segalanya. Misalnya, seorang direktur menganggap seorang karyawan akan bekerja lebih baik, semangat dan tepat waktu jika diberi upah yang tinggi. Sehingga, mereka berlomba-lomba mendapatkan uang yang sebanyak-banyaknya.
Dalam teori barat menyatakan bahwa tidak ada campur tangan agama dalam menjalankan kegiatan yang ada, misalnya perusahaan. Sehingga, mereka berusaha keras membangun perusahaam maupun pabrik dengan meminimalisasi modal dan mendapatkan laba-laba yang sebesar-besarnya. Maka dari itu, banyak nama orang  yang masuk dalam daftar borjuis dengan asset hingga milyaran atau bahkan triliunan dolar diantaranya presiden , Roman Abramovic, Bill Gates, dll. Manusia adalah makhluk fisiologis. Sehingga, kebutuhan manusia itu tidak terbatas sedangkan kebutuhan sumber daya alamnya terbatas. Manusia terus menggali sumber daya alamnya ada secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhannya atanpa memperdulikan apakah SDA itu masih ada atau tidak, tujuan mereka adalah agar semua manusia sejahtera dan segala kebutuhannya dapat terpenuhi secara maksimal.
Selain itu, seorang atasan berkuasa penuh terhadap bawahannya. Apapun yang diperintahkan harus dilakukan meskipun di luar tugas sebuah instansi. Seorang atasan memandang bawahannya sebagai budak yang siap disuruh-suruh. Atasan hanya membutuhkan skill yang bagus meski tanpa nilai-nilai spiritual demi mencapai keinginan yang diinginkan. Semakin bagus yang dimiliki dalam mengolah perusahaan maka semakin tinggi pula gaji yang diterima.
Jadi barat memberi statement bahwa manusia membutuhkan uang sebagai ujung tombak dari segalanya. Artinya, manusia hanya membutuhan kebutuhan fisiologis saja. Padahal, Abraham Maslow dengan teori Maslownya menyatakan kalau kebutuhan manusia bukan hanya kebutuhan fisiologis melainkan masih membutuhkan kebutuhan yang lain. Diantaranya, keamanan, aktualisasi diri.
Manejemen Islam
Islam memandang manusia secara keseluruhan bukan sebagai makhluk fisiologis yang hanya membutuhkan materi tetapi memandang secara keseluruhan[1]. Teori Abraham Maslow diatas menunjukkan bahwa manusia membutuhkan kebutuhan lain selain kebutuhan fisiologis. Dalam islaam, teori ini masih mempunyai kekurangan yaitu  tidak berdasarkan wahyu Allah, seperti keikhlasan.
Maka, tidak ada dikotomi antara seluruh kegiatan manusia dan agama karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan pada nilai-nilai spiritual maka akan menuai kegagalan. Buktinya, presiden hyunda yang mempunyai aset perusahaan mobil yang sangat besar. Bisa kita bayangkan. Berapa laba yang diterima setiap bulannya? Selain itu juag mempunyai rumah, mobil hingga uang triliunan dolar. Tentu, hidupnya akan tentram, sejahtera, dan segala yang dibutuhkan terpenuhi. Namun kenyataannya, presiden hyunda malah bunuh diri dengan meloncat dari sebuah apartemen bertingkat tinggi. Kejadian itu menggambarkan bahwa segala kehidupan manusia tidak akan pernah terleaps dari nilai-nilai spiritual.
Suatu perusahaan dituntut agar berdasarkan pada al-Qur’an dan sunnah. Hubungan antara atasan dan bawahan harus teru terjalin dengan baik. Aatsan tidak boleh memandang bawahannya sebagai budak melainkan sebagai kader perusahaan di masa depan. Sehingga, dalam hati seorang karyawan akan terasa lain antara disuruh layaknya budak dengan kader perusahaan in future.
Selain itu, seorang atasan dituntut untuk dapat membentuk moralitas karyawannyas sebagai kader yang berilmutinggi dan berahlaq mulia sesuai syariat islam. Begitu pula, atasan harus dapat mengalihkan pikiran karyawannya dari matrialisme kepada sesuatu yang tidak harus bertumpu pada uang. Sehingga, ketika konsep ini diterapkan maka perusahaaan akan maju pesat dan mendapatkan perlindungan dan keridha’an Allah sebagai pencipta.
Islam memandang kebutuhan manusia itu terbatas sedangkan sumber daya alamnya tidak terbatas. Sepatutnya, kebutuhan manusia memang harus dikendalikan agar sumber daya alam yang ada[2]. Logikanya, ketika kehutuhan manusia tidak terkendali/terbatas maka sumber daya alamnya akan habis. Konsep islam diatas justru lebih membaat kehidupan manusia lebih baik, sejahtera dan aman daripada konsep barat. Jadi, konsep islam lebih menguntungkan karena berdasarkan pada wahyu Allah yang berupa ajaran-ajaran yang ada dalam al-Qur’an dan sunnah.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Sinn, Ahmad Ibrahim Abu . 2006. Manejemen syari’ah. Jakarta: rajagrafindo persada
2.      Sudarsono,Heri . 2003. Konsep ekonomi islam. Yogyakarta: ekoneisa.



[1] Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn. 2006. Manejemen syari’ah. Jakarta: rajagrafindo persada. Cetakan I. Halaman 1
[2] Heri Sudarsono. 2003. Konsep ekonomi islam. Yogyakarta: ekoneisa. Cetakan kedua halaman 11