PONDOK MODERN GONTOR TIDAK LAYAK BERKANCAH di TINGKAT NASIONAL



Di negeri indonesia banyak didirikan berbagai pondok pesantren maupun pondok modern dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Diantaranya adalah pondok modern gontor yang merupakan pondok besar di negeri ini. Pondok ini mempunyai cara tersendiri dalam membangun bangsa, terutama dalam hal pendidikan. Mengapa hal itu bisa terjadi?, padahal kita tahu gontor banyak dikenal oleh orang di seluruh pelosok negeri. Bahkan dunia sekalipun.
Kita tahu, dalam hal pendidikan, pemerintah melaksanakan program pendidikan yang disebut dengan ujian nasional (Unas) kepada seluruh lembaga/sekolah di seluruh pelosok negeri ini. Namun, lembaga formal ayng ada di pondok ini tidak melaksanakan ujian itu. Sekolah di pondok ini melaksanakan ujian tersendiri dengan menggunakan bahasa arab, inggris dan bahasa indonesia sesuai dengan mata pelajaran yang diujikan. Bahkan, ijasahnya pun dikeluarkan oleh pondok ini sendiri.
Selain itu, pondok modern gontor juga mempunyai cara tersendiri dalam mengembangkan ataupun menerapkan kurikulum kepada santrinya. Kurikulum itu disebut dengan kurikulum gontor. Padahal, pemerintah sudah menetapkan kepada seluruh sekolah/lembaga formal yang ada di Indonesia untuk menerapkan kurikulum yang telah dibuat pemerintah. Seperti kurikulum 1994 kemudian KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan kemudian berganti KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum ini telah diterapkan oleh seluruh lembaga formal yang ada di Indonesia kecuali pondok gontor.
Dari keterangan di atas, terlihat kalau gontor tidak sejalan dengan program pemerintah. Dengan kata lain, pondok modern gontor tidak layak untuk berkancah di tingkat nasional dalam lembaga pendidikan.
Gontor memang memiliki cara tersendiri dalam hal pendidikan. Namun, mari kita melihat para lulusannya. Para alumni pondok ini terbukti dapat menguncangkan dunia. Para santri pun dibekali 2 bahasa dunia yaitu bahasa inggris dan bahasa arab. Dimana dengan dua bahasa itu seseorang dapat go internasional.
Bukti yang lain adalah para santri/siswa keluaran pondok itu lebih banyak diterima oleh sekolah-sekolah di luar negeri baik negara timur tengah maupun daratan eropa daripada sekolah formal di negeri ini. Apalagi universitas terkenal di Indonesia, peluang untuk diterima sangat besar.
Selain itu, pondok ini juga banyak melahirkan orang-orang besar yang dapat mengguncangkan dunia internasional, seperti mantan menteri agama, mantan ketua MPR, pimpinan Muhammadiyah, pimpinan NU, serta banyak lagi ayng tersebar di luar negeri seperti kedubes syiria, kedubes Libanon, dll.
Dari sederetan keterangan di atas, pondok modern gontor memang tidak mengikuti program pemerintah tetapi para alumninya dapat mewarnai bahkan mengguncangkan negeri dan dunia internasional. Jadi gontor memang lebih pantas go internasional.
Oleh karena itu, pondok modern gontor dengan segala kebesarannya dapat mencetak generasi epnerus bangsa ayng berakhlak, berbudi pekerti dan berpikiran luas sesuai syari’at islam. Sehingga, alumninya dapat terseebar keseluruh dunia. Maka dari itu, teruslah berjuang para santri untuk terus mengeluarkan kemampuan terbaikmu untuk lebih mengguncangkan dunia dan memperbaiki akhlak sesuia dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah nabi. 



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Manusia Dalam Pandangan ekonomi Islam



PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara makhluk yang lainnya. Dalam kehidupannya di bumi ini mereka membutuhkan berbagai macam kebutuhan. Sehingga, dibutuhan ilmu ekonomi untuk merealisasikan secara islami. Dalam hal ini, kepuasan manusia tidak hanya diukur dari materi saja tetapi ada berbagai hal yang mereka butuhkan dalam mealngsungkan kehidupannya.
Bahkan dalam perusahaan pun dibutuhkan adanya ekonomi islam. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan seorang direktur dalam menggerakkan para karyawannya agar bekerja secara ikhlas, tulus dan tidak menggantungkan kepada gaji bulanan. Adapun berbagai masalah itu akan di bahas dalam pemaparan di bawah ini.
PEMBAHASAN
A.    Manusia Bukan Makhluk Fisiologis
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia harus berusaha diantaranya dengan bekerja. Banyak orang berpandangan bahwa seseorang akan semangat bekerja apabila dia di beri gaji yang tinggi. Artinya, semakin besar gaji yang diberikan maka semakin giat dalam bekerja. Pandangan inilah yang disebut makhluk fisiologis. Padahal, islam memamdang manusia secara keseluruhan/utuh bukan hanya sekedar fisiknya saja.
 sebagaimana dijelaskan oleh Abraham Maslow yang terkenal dengan teori kebutuhan maslow yaitu:
1.      Aktualisasi
2.      Harga diri
3.      Social
4.      Keamanan
5.      Kebutuhan fisiologis
Dalam teori ini kebutuhan fisiologis menempati posisi terbawah, sedangkan masih banyak lagi kebutuhan yang dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidup, sebagaimana terlihat dalam teori kebutuhan di atas.
Dalam islam, teori kebutuhan ini memiliki kekurangan yaitu menghilangkan konsep wahyu dalam kehidupan manusia. Padahal, tanpa adanya wahyu sebagai ujung tombak maka kehidupannya akan sering dirundung masalah, bahkan ketika usaha yang dibangun mengalami kemunduran maka yang terjadi adalah stress. Jadi, semua itu harus didasarkan kepada keikhlasan yang kuat. Dengan ikhlas inilah maka manusia akan mencapai tingkat ihsan. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-Qur;an :
“sesungguhnya Aku menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Ku”.
Maka dari itu, hal yang perlu dilakukan adalah mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Dengan cara, memberikan training minimal seminggu sekali. Tujuannya, memotivasi mereka untuk mengeluarkan potensi puncak yang tersimpan dalam dirinya. Sebaiknya memilih presentator yang islami dan mahir dalam memotivasi seseorang. Sehingga, ketika mempresentasikan/memotivasi itu bisa dimasukkan nilai-nilai keislaman dalam bekerja.
B.     Cara Pandang Atasan Kepada Bawahan
Sekarang ini banyak direktur yang memandang karyawannya sebagai budak/pembantu, menyuruh karyawan dengan sekehendaknya sendiri. Bahkan hingga tindakan yang di luar pekerjaan. Akibatnya, penghasialn yang diperoleh kurang maksimal baik secara fisik amupun non fisik. Serta akan banyak timbul kegunjingan diantara karyawan yang lain. Bahkan reputasinya akan semakin menurun di mata karyawan-karyawannya.
Dalam islam, antara atasan dan bawahan statusnya, sama hanya saja atasan sebagai motivator kepada bawahan. Sedangkan bawahan sebagai candidat yang akan menggantikannya jabatannya. Sehingga, perlu adanya training kepada bawahannya untuk meningkatka kinerjanya. Seharusnya, seorang direktur/atasan memandang bawahannya sebagai calon penerus perusahaan yang harus dimotivasi untuk menjadi kader Islamic leader di masa yang akan datang.
Cara pandang pemimpin kepada bawahan sebagai pembantu dengan memandang sebagai caoln penerus perusahaan sangat beda. Jika seorang pemimpin memandang bawahan sebagai pembantu maka feeling yang diterima oleh bawahan seolah-olah memberatkan dalam hatinya dan menimbulkan suatu keterpaksaan jika tanpa gaji yang sesuai. Sedangkan pimpinan yang memandang bawahannya sebagai kader perusahaan maka akan timbul rasa keikhlasan dalam bekerja diantara keduanya.
 Maka dari itu seorang atasan bisa disebut dengan the great leader jika dia memberikan motivasi dan sentuhan nilai-nilai keislaman kepada karyawannya. Dalam artian akan timbul keikhlasan dalam bekerja dan tidak bergantung kepada jumlah uang/gaji yang diterima setiap bulannya.




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

PERBEDAAN MANEJEMEN BARAT DAN MANEJEMEN ISLAM DALAM KONTEKS MANUSIA



”Allah adalah pemilik sesuatu yang ada di timur dan di barat…….” (Al-Baqarah :142)
Manusia adalah makhluk Allah yang apilng sempurna diantara makhluk allah yang lain. Dimana mereka dilengkapi dengan akal dan nafsu. Manusia akan selamat jika dia dapat mengendaliakn hawa nafsunya. Begitu pula sebaliknya, dia akan binasa jika terap menuruti hawa nafsunya yang selalu membawa pada jalan kesesatan.
oleh karena itu, dibutuhkan sesuatu manejemen agar manusia dapat mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. Secara ada 2 macam manejemen barat dan timur( islam). Dalam konteks ini, manejemen barat maupun islam sama-sama membutuhkan kebutuhan fisiologis baik yang berupa uang maupun yang lainnya. Lalu dimanakah letak perbedaannya dalam melihat manusia?
Manejemen Barat
Dalam proses manejemennya, barat menganggap manusia adalah makhluk fisiologis, yaitu manusia hanya bisa diukur dengan uang sebagai ujung tombak dari segalanya. Misalnya, seorang direktur menganggap seorang karyawan akan bekerja lebih baik, semangat dan tepat waktu jika diberi upah yang tinggi. Sehingga, mereka berlomba-lomba mendapatkan uang yang sebanyak-banyaknya.
Dalam teori barat menyatakan bahwa tidak ada campur tangan agama dalam menjalankan kegiatan yang ada, misalnya perusahaan. Sehingga, mereka berusaha keras membangun perusahaam maupun pabrik dengan meminimalisasi modal dan mendapatkan laba-laba yang sebesar-besarnya. Maka dari itu, banyak nama orang  yang masuk dalam daftar borjuis dengan asset hingga milyaran atau bahkan triliunan dolar diantaranya presiden , Roman Abramovic, Bill Gates, dll. Manusia adalah makhluk fisiologis. Sehingga, kebutuhan manusia itu tidak terbatas sedangkan kebutuhan sumber daya alamnya terbatas. Manusia terus menggali sumber daya alamnya ada secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhannya atanpa memperdulikan apakah SDA itu masih ada atau tidak, tujuan mereka adalah agar semua manusia sejahtera dan segala kebutuhannya dapat terpenuhi secara maksimal.
Selain itu, seorang atasan berkuasa penuh terhadap bawahannya. Apapun yang diperintahkan harus dilakukan meskipun di luar tugas sebuah instansi. Seorang atasan memandang bawahannya sebagai budak yang siap disuruh-suruh. Atasan hanya membutuhkan skill yang bagus meski tanpa nilai-nilai spiritual demi mencapai keinginan yang diinginkan. Semakin bagus yang dimiliki dalam mengolah perusahaan maka semakin tinggi pula gaji yang diterima.
Jadi barat memberi statement bahwa manusia membutuhkan uang sebagai ujung tombak dari segalanya. Artinya, manusia hanya membutuhan kebutuhan fisiologis saja. Padahal, Abraham Maslow dengan teori Maslownya menyatakan kalau kebutuhan manusia bukan hanya kebutuhan fisiologis melainkan masih membutuhkan kebutuhan yang lain. Diantaranya, keamanan, aktualisasi diri.
Manejemen Islam
Islam memandang manusia secara keseluruhan bukan sebagai makhluk fisiologis yang hanya membutuhkan materi tetapi memandang secara keseluruhan[1]. Teori Abraham Maslow diatas menunjukkan bahwa manusia membutuhkan kebutuhan lain selain kebutuhan fisiologis. Dalam islaam, teori ini masih mempunyai kekurangan yaitu  tidak berdasarkan wahyu Allah, seperti keikhlasan.
Maka, tidak ada dikotomi antara seluruh kegiatan manusia dan agama karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan pada nilai-nilai spiritual maka akan menuai kegagalan. Buktinya, presiden hyunda yang mempunyai aset perusahaan mobil yang sangat besar. Bisa kita bayangkan. Berapa laba yang diterima setiap bulannya? Selain itu juag mempunyai rumah, mobil hingga uang triliunan dolar. Tentu, hidupnya akan tentram, sejahtera, dan segala yang dibutuhkan terpenuhi. Namun kenyataannya, presiden hyunda malah bunuh diri dengan meloncat dari sebuah apartemen bertingkat tinggi. Kejadian itu menggambarkan bahwa segala kehidupan manusia tidak akan pernah terleaps dari nilai-nilai spiritual.
Suatu perusahaan dituntut agar berdasarkan pada al-Qur’an dan sunnah. Hubungan antara atasan dan bawahan harus teru terjalin dengan baik. Aatsan tidak boleh memandang bawahannya sebagai budak melainkan sebagai kader perusahaan di masa depan. Sehingga, dalam hati seorang karyawan akan terasa lain antara disuruh layaknya budak dengan kader perusahaan in future.
Selain itu, seorang atasan dituntut untuk dapat membentuk moralitas karyawannyas sebagai kader yang berilmutinggi dan berahlaq mulia sesuai syariat islam. Begitu pula, atasan harus dapat mengalihkan pikiran karyawannya dari matrialisme kepada sesuatu yang tidak harus bertumpu pada uang. Sehingga, ketika konsep ini diterapkan maka perusahaaan akan maju pesat dan mendapatkan perlindungan dan keridha’an Allah sebagai pencipta.
Islam memandang kebutuhan manusia itu terbatas sedangkan sumber daya alamnya tidak terbatas. Sepatutnya, kebutuhan manusia memang harus dikendalikan agar sumber daya alam yang ada[2]. Logikanya, ketika kehutuhan manusia tidak terkendali/terbatas maka sumber daya alamnya akan habis. Konsep islam diatas justru lebih membaat kehidupan manusia lebih baik, sejahtera dan aman daripada konsep barat. Jadi, konsep islam lebih menguntungkan karena berdasarkan pada wahyu Allah yang berupa ajaran-ajaran yang ada dalam al-Qur’an dan sunnah.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Sinn, Ahmad Ibrahim Abu . 2006. Manejemen syari’ah. Jakarta: rajagrafindo persada
2.      Sudarsono,Heri . 2003. Konsep ekonomi islam. Yogyakarta: ekoneisa.



[1] Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn. 2006. Manejemen syari’ah. Jakarta: rajagrafindo persada. Cetakan I. Halaman 1
[2] Heri Sudarsono. 2003. Konsep ekonomi islam. Yogyakarta: ekoneisa. Cetakan kedua halaman 11



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Managemen Pemimpin Sejati dalam Islam



Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diantara sekian makhluk ciptaan Allah. Sehingga, manusia dijadikan sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah :30
ingatlah ketika tuhan-Mu berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata,”mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau” tuhan berfirman,” sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
Tidak ada makhluk manapun yang sanggup mengemban amanah ini kecuali manusia. Dalam menjalankan tugasnya manusia dibekali dengan hawa nafsu dan akal. Dia akan selamat jika dapat mengekang hawa nafsu yang merasuk ke dalam hati dan pikirannya.
Maka dari itu, dibutuhkan adanya manejemen untuk membentuk suatu pemimpin dalam membangun rakyat di negeri ini pada khususnya dan bangsa dunia pada umumnya. Menjadi seorang pemimpin memang tidaklah mudah karena hal itu merupakan amanah dari Allah yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban. Seorang pemimpin tanpa adanya manejemen yang baik maka hasilnya tidak akan membentuk pemimpin yang sejati berdasarkan syari’at islam.
Dalam manejemennya, seorang pemimpin harus dilakukan secara ikhlas dan tidak terikat akan jumlah uang yang diterima. Karena kebanyakan pemimpin sekarang itu bergantung pada gaji. Dia mau bekerja dengan segala ketrampilan yang dimiliki, asalkan gajinya sesuai dengan yang diinginkan. Orang akan bekerja keras kalau dia dibayar dengan gaji tinggi. Inilah salah satu pemikiran pemimpin sekarang yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
Manejemen pemimpin islami
Menurut pandangan orang sekarang, kata pemimpin masih diartikan sempit. Mereka menganggap seorang pemimpin adalah orang yang mengendalikan perusahaan, pabrik, kantor serta instansi yang lain.  Namun, pada hakikatnya, semau orang adalah pemimpin. Misalnya direktur menjadi pemimpin kepada para karyawannya, seorang ayah menjadi pemimpin kepada keluarganya. Makanya, perlu adanya manejemen yang rapi dalam merealisasikannya.
Menurut bapak Khoirul Umam, M.Ec, beliau adalah salah satu dosen ISID (Insitut Studi Islam Darussalam) gontor. Selain itu juga, alumni IIUM (Institut islam universitas malaya) menyatakan bahwa manejemen  terdiri dari empat bagian, yaitu:
Pertama, planning (perencanaan). Misalnya, dalam suatu perusahaan, seorang pemimpin harus mempunyai perencanaan tentang perusahaan dna karyawannya. Bagaimana caranya agar perusahaan ini dapat go internasional dengan tidak menghalalkan segala cara?, apa yang harus dilakukan supaya karyawannya dapat bekerja secara maksimal dengan segala kemampuannya?, bagaimana membentuk suatu hubungan yang baik antar pemimpin dan karyawannya?. Itulah beberapa contoh yang perlu direncanakan oleh seorang pemimpin.
Planning di atas harus dipikirkan secara matang dan rapi karena hal itu merupakan ujung dari manejemen. Apabila planningnya tidak benar maka ke depannya pun akan berlangsung terhambat. Sehingga, perlu adanya persiapan yang maksimal.
Kedua, organizing (pengorganisasian). Dalam melaksanakan sesuatu, seorang pemimpin harus dapat mengatur sedemikian rupa planning dan actuatingnya. Sehingga, semua kegiatannya aakn berjalan secara rapi, teratur dan sesuai dengan rencana. Misalnya, sebelum mengadakan meeting dengan para karyawannya maka pemimpin harus menyusun apa saja yang akan dibicarakan? Kalau memang bagian pembukuan harus dibicarakan di awal jangan dibicarakan di akhir. Begitu pula sebaliknya. Selain itu juga perlu adanya penyusunan kata-kata/kalimat yang real, sistematis dan logis. Sehingga audiens akan terbawa dengan apa yang anda bicarakan. Organizing ini tidak hanya terbatas pada meeting saja tetapi semua kegiatan perlu adanya bagian ketiga ini. Usaha apapun yang kita lakukan tanpa adanya pengorganisasian maka semuanya tidak akan berjalan sesuai rencana meskipun planning sudah dilaksanakan.
Ketiga, actuating (pelaksanaan) yaitu ketika planning sudah diatur dengan rapi maka perlu adanya pelaksanaan dari perencanaan itu. “teori tanpa praktik itu non sense” itulah kata-kata yang sesuai dengan bagian kedua ini. Misalnya, pemimpin merencanakan membentuk karyawannya supaya bekerja lebih keras. Menurut orang barat, seorang karyawan akan bekerja lebih keras jika gajinya dinaikkan.
Namun dalam islam, seorang karyawan akan bekerja dengan keras jika pemimpinnya dapat menjalin hubungan yang baik serta memandangnya sebagai kader yang akan membawa perusahaan yang lebih maju di masa depan baik moral maupun kinerjanya. Sehingga, pemimpin harus dapat mempengaruhi karyawannya supaya mereka tidak bergantung besarnya gaji yang diterima dalam bekerja. Seorang pemimpin disebut berhasil ketika dia bisa membawa karaywannya bekerja lebih tulus, ikhlas dan tidak berpikiran uang sebagai ujung tombak.
Menurut DR. H. Hamid Fahmi Zarkasyi, MA, M.Phil menyatakan bahwa pepatah yang berbunyi “time is money” artinya waktu adalah uang. Ini merupakan pandangan orang barat. Sehingga, kita sebagai umat muslim tidak boleh berpikiran seperti itu. Karena ketika ketika orang perpegang pada konsep di atas maka segala apapun yang dilakukan harus selalu menghasilkan uang. Padahal, hidup hidup ini bukanlah untuk uang tetapi untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai pencipta dari segala makhluk.
Keempat,controling (pengendalian). Ini merupakan bagian terakhir dari terciptanya manejemen pemimpin yang sesuai dengan ajaran islam. Seorang pemimpin harus dapat mendahulukan kepentingan akhirat daripada kepentingan duniawi. Misalnya, para keryawannya terus menerus disuruh bekerja tanpa memandang waktu sholat yang hampir berakhir meski perusahaan itu mengalami profit yang signifikan tetapi hampa keimanan baik memimpin maupun karyawannya. Maka hasil yang di dapat tidak akan menghasilkan berkah dan tunggulah saat-saat kehancurannya.
Kendalikan perusahaan tersebut dengan menyusun segala cara untuk dapat meningkatkan profit perusahaan dengan tetap berpegang pada syari’at agama. Disebut pemimpin yang berhasil jika dia bisa membawa karyawannya menjadi lebih baik dari sebelumnya, moral maupun kinerjanya. Apabila bisa membawa para karyawannya bekerja lebih semangat, ikhlas dengan tidak melihat berapa jumlah uang yang diterima. Inilah yang disebut the best leader in the world.
Dalam melaksakan keempat bagian tersebut planning (perencanaan), actuating (pelaksanaan), organizing (pengorganisasian) dan controling (pengendalian) harus dilakukan dengan ikhlas. Jika hal itu dapat terlaksana dalam suatu perusahaan maka manejemen yang disusun itu berhasil serta pemimpinnya patut diberikan penghargaan sebagai pelaksananya. Wallahu a’lam bishshawab.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

MEMIMPIN DAN MEMANAGE PERUSAHAAN ALA UST. LIHAN



Ust. Lihan adalah seorang pengusaha berlian dari kalimantan timur. Selain itu juga, beliau mempunyai berbagai unit usaha yang lain seperti mini market, pabrik dan perusahaan lain di daerah tersebut. Dalam kepemimpinannya itu, beliau sangat ramah kepada karyawan-karyawannya. Sehingga warga sekitar menjadi makmur dan sejahtera hidupnya.
Hebatnya, tanpa bermodalkan akutansi, segala unit usahanya kebanyakan mengalami profi yang signifikan. Bahkan, siapapun yang menanamkan modalnya akan memperoleh 10% dari modal yang ditanam setiap bulannya. Selain itu, beliau dapat memanage karyawan-karyawannya manjadi lebih semangat dan tidak tamak akan gaji yang diperoleh. Dari keloyalannya terhadap karyawan, ust. Lihan pernah mengatakan,” lebih baik saya rugi daripada harus memberhentikan karyawan yang bekerja di tempat ini”.
Kesederhanaan merupakan ciri khas dari guru yang mengajar di pondok pesantren di daerah kalimantan itu baik dalam berpakaian, tempat tinggal, dll. Pada saat beliau mengunjungi unit usaha dan perusahaannya memang terlihat berbeda dari pemimpin pada umumnya yang selalu memakai dasi dan jas serta menggunakan mobil yangbernilai tinggi. Namun, pemimpin yang satu ini lebih senang memakai pakaian yang biasa saja dengan mobil panther yang tahun pembuatannya sudah lama. Bahkan, ketika bernegosiasi pembelian pesawat, beliau memakai kaos oblong
Dalam suatu seminar, beliau pernah ditanya oleh audien,” bagaimana cara anda memanage suatu perusahaan yang mengalami profit?” kata audien. Dengan tenang beliau menjawab,” kedermawanan dan keikhlasan dalam melakukan segala hal”. Beliau memang tidak terlalu banyak tahu tentang perusahaan. Namun realitanya, ust. Lihan daapt memanage bawahan untuk bekerja lebih kera sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang ada. Karyawan-karyawan pun mempunyai respon yang sangat baik terhadap atasannya. Terbukti dengan jumlah profit yang dihasilkan dikirimkan langsung ke ust. Lihan. Meskipun, beliau tidak tahu berapa jumlah profit yang di dapat, karyawannya tetap mengirimkan uang yang sesuai dengan hasilnya. Semua ini memang tidak lepas dari kewibawaan pemimpin kepada bawahannya.
Perusahaan-perusahaam ini tidak pernah menyuruh karyawan-karyawannya untuk mendapatkan modal dan keuntungan yang besar dari konsumen layaknya bank konvensional. Namun, perusahaan ini lebih mengutamakan karyawannya untuk tidak menerapakan sistim riba. Dalam prakteknya, perusahaan ust. Lihan ini cenderung menerapakan profit sharing dan tidak pernah menerapkan bunga kepada orang yang meminjam uang darinya.
Bahkan pada suatu hari beliau pernah ditanya oleh direktur bank dengan berkata,” apakah anda tidak rugi menerapkan sistim 10% dari modal ayng ditanam?”. Beliau pun menjawab,” selama saya bisa membantu menyejahterakan kehidupan seseorang, Allah pasti akan mengagantinya dengan rizeki yang jauh lebih besar”.
Ternyata, janji Allah pun tiba bagi orang yang selalu membantu orang lain secanjaranra ikhlas. Pada saat beliau mau mengadakan acara di kawasan TMII (Taman Mini Indonesia Indah) dengan anggaran 200 juta. Tujuh hari sebelum dimulainya acara, panitia terus meminta ust. Lihan untuk mengirimkan uangnya. Beberapa jam kemudian, beliau mencoba membuka kartu ATMnya. Walhasil, kartu ATM tersebut terisi uang senilai 1 miliar rupiah dengan pengirim gelap. Akhirnya ketika itu pual uang tersebut dikirimkan ke pihak panitia. Besok harinya, beliau mencoba lagi membuka ATM dan ternyata terisi kembali senilai 1 miliar rupiah.
Inilah salah satu hikmah dari seseorang khususnya pemimpin yang selalu meringankan beban orang lain. Sebagaimana firman Allah :
“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui” (Al-Baqarah: 261).



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer